Libatkan Akademisi Tangani Kera Gunung Tidar yang Over Populasi
MAGELANGEKSPRES.COM,MAGELANG - Perkembangan kera ekor panjang di Gunung Tidar yang tak terkendali ternyata bukan masalah baru. Sejak lama, masalah itu sudah dikaji secara mendalam. Bahkan, Pemkot Magelang pernah menggandeng ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogjakarta untuk mendapatkan alternatif penanganan perkembangbiakan hewan primata itu. Kerja sama itu digagas oleh Pemkot bersama Fakultas Kedokteran Hewan dan Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 2018 lalu. Kala itu, akademisi meneliti monyet ekor panjang (macaca fascicularis) dengan metode sampling. Ketua Tim Peneliti, Wisnu Nurcahyo saat itu menyimpulkan ada 198 ekor monyet. Padahal, secara teori tingkat kepadatan ideal adalah satu ekor monyet per satu hektar luas wilayah. Sedangkan Gunung Tidar hanya memiliki luas 70 hektar. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan Gunung Tidar Agus Suprijanto menjelaskan, kemungkinan saat ini jumlahnya sudah jauh lebih banyak. Mereka hidup dengan cara berkoloni. \"Mungkin sudah mencapai 300 lebih,” katanya, kemarin. Bahkan, belakangan kawanan monyet-monyet ini sampai turun ke Pasar Gotong Royong. Monyet-monyet ini turun untuk mencari makan karena di Gunung Tidar sudah tidak ada lagi cadangan makanan. Ini terjadi akibat kemarau panjang tahun lalu, sehingga pohon-pohon yang ada di Gunung Tidar belum berbuah. Baca Juga Polisi Tangani Tawuran Pelajar di Salaman, Seorang Pelajar Terkena Bacok Sejak tiga tahun lalu, ratusan tanaman buah-buahan sudah ditanami di Gunung Tidar. Ini dirasa penting untuk persediaan makanan kera yang populasinya semakin banyak. Ia menilai kera-kera di Gunung Tidar saat ini jumlahnya susah untuk diprediksi. Meski demikian pihaknya tidak bisa berbuat banyak selain tetap memberinya makanan dan membiarkan mereka hidup. Dia juga mengakui sejauh ini belum ada jalan keluar untuk mengurangi populasi binatang primata tersebut. Pasalnya, walaupun termasuk hewan tidak dilindungi tapi tetap tidak boleh dibunuh. Agus menuturkan, beberapa tahun terakhir banyak pihak dan relawan yang berinisiatif menanam pohon buah-buahan di gunung setinggi 503 meter dari permukaan laut (mdpl) ini. Aksi tersebut tidak lain agar kera-kera itu tidak kekurangan makanan sehingga tidak membahayakan warga dan wisatawan. \"Belakangan banyak yang menyumbang, ada pohon pisang, jambu, termasuk pohon bunga. Tapi karena di atas belum berbuah makanya mereka kadang-kadang turun,\" ujarnya. Keberadaan kera ini memang sekiranya terlihat aneh jika berada di Gunung Tidar. Pasalnya, bukit itu sempat gundul dan baru dilakukan penghijauan kembali pada era 1990-an. Namun, berdasarkan keterangan dari warga sekitar, kera yang kini jumlahnya mencapai ratusan bahkan ribuan itu bermula dari kegiatan survival taruna Akademi Militer. Tadinya kera itu hanya berjumlah enam ekor. Selain kera, kegiatan survival juga mengirimkan enam ekor ular dan enam ekor kijang. Sampai saat ini, kijang di Gunung Tidar hampir tidak dapat ditemui. Demikian halnya dengan ular-ular. Hanya ratusan ekor kera saja yang biasa terlihat di pintu masuk Gunung Tidar. (wid)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: